Muharram, 1437 H

Bulan dzulqadah telah kita lalui, begitu pula bulan dzulhijjah yang baru saja kita lewati, selanjutnya kita kan bersua dengan bulan muharram. Seperti yang kita ketahui tiga bulan berturut-turut  ini disebut dalam Al Quran dan dijelaskan dalam hadits dibawah ini, sebagai bulan yang istimewa, maka sungguh mulia kedudukan bulan – bulan ini.

Dalam firman Allah ,  Surat At Taubah 36 :

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menzhalimi diri kamu dalam bulan yang empat itu…”. QS. at Taubah: 36

Dalam Hadits riwayat Bukhari, no.2958

“Satu tahun ada 12 bulan darinya ada 4 bulan suci: 3 bulan secara berurutan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan bulan Rajab Mudhar antara bulan Jumada dan bulan Sya’ban”.

Haji, salah satu rukun islam yang ke lima merupakan ibadah yang hanya dilakukan pada salah satu bulan mulia yaitu bulan dzulhijjah.

Secara garis besar, Melakukan ibadah haji selain menambah iman dan taqwa kita juga kita melakukan napak tilas atas kejadian lampau yang pernah dialami oleh Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim A.S. serta meyakini kejadian-kejadian yang disebutkan di dalam Al Quran adalah benar adanya  dan mengagungkan syiar-syiar Allah seperti yang dikemukakan dalam Al Qur an ,

Al Baqarah 197 : (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.

Al Hajj 32 : Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.

Al Hajj 27 : Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,

(Meyakini tanda-tanda yang nyata, yang tersebut dalam Al Quran seperti maqam ibrahim. Jaminan beribadah di Baitullah, maka Allah memberikan rasa aman. Ibadah haji adalah kewajiban bagi yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah)

Al Imran 97 : Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

Berikut urutan tahapan ibadah haji dan makna yang terkandung didalamnya :

1. Melakukan ihram dari mîqât yang telah ditentukan

2.Thawaf

– Merupakan salah satu rukun haji yang secara mutlak harus dikerjakan oleh jamaah

– Thawaf, jika kita membaca sejarah thawaf , dari keseluruhan ibadah yang dilakukan umat muslim, diantaranya puasa, sholat, zakat dll. Thawaf merupakan ibadah ‘ tertua’ , ibadah yang telah dilakukan oleh para malaikat sebelum Nabi Adam diturunkan di muka bumi ini.

Al Hajj 26 : Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku’ dan sujud.

Al Hajj 29 :  Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).

– Ka’bah itu sebelum nabi adam, sudah ada , kemudian hancur pada zaman Nabi Nuh, pada saat banjir besar, kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membangun kembali ka’bah.

– Thawaf, dimulai ketika mendekati ka’bah , garis start (finish) ditandai dengan garis coklat dilantai ,dan juga ditandai oleh sorot lampu hijau. Thawaf (keliling) sambil berdzikir sepanjang perjalanan, dengan bacaan thawaf yang dianjurkan sbb :

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُِللهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكبَرُ ، وَلاَ حَوْلَ

وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ

Subhanallah wal hamdulillah wa la ilaha illallahu wallahu akbar, wa la haula

wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim

(Maha suci Allah dan segala kepujian adalah kepunyaanNya, tidak ada Tuhan yang disembah dengan sebenarnya melainkan Allah , Allah Yang Maha Esa, tidak ada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar)

Ketika tiba di Rukun Yamani ( seperti yang kita ketahui ka’bah memiliki empat sudut yaitu rukun iraqi, rukun syam,rukun yamani dan rukun hajar aswad) memberi isyarat dengan tangan, sambil membaca :

Bismillahi Wallahu Akbar

(Dengan nama Allah dan Allah Maha Besar)

Ketika tiba di rukun hajar aswad , berdiri tegak dengan seluruh badan menghadap hajar aswad , dengan tangan dikecup dan melambai ke arah hajar aswad, dan membaca doa sapu jagad :

“Rabbanaa aatinaa fid dunyaa hasanatan wa fil aakhirati hasanaatan wa qinaa ‘azaaban naari “

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka. (Q.S. al-Baqarah [2]: 201)”

Demikian dikerjakan berulang-ulang hingga 7 putaran diselesaikan.

Sunnah-sunnah yang dapat dilakukan setelah thawaf :

a. Berdoa di Multazam ( Terletak diantara pintu ka’bah dan hajar aswad)

b. Shalat sunnah dibelakang maqam ibrahim ( merupakan tempat yang mustajabah)

Dan jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat.” (QS. Al-Baqarah: 125)

c. Minum air zam-zam

Ketika minum air zam-zam sambil menghadap Ka’bah , berdoa mengharap akan 3 faktor, yaitu ilmu, rizki dan kesehatan :

هُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَشِفَاءً مِنْ كلِّ دَاءٍ وَسَقَمٍ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.

Ya Allah , sesungguhnya daku bermohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang luas dan penawar bagi segala penyakit

3. Sa’i

إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ

inna alshshafaa waalmarwata min sya’aa-iri allaahi faman hajja albayta awi i’tamara falaa junaaha ‘alayhi an yaththhawwafa bihimaa waman tathawwa’a khayran fa-inna allaaha syaakirun ‘aliimun

“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber’umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah 158)

– Kata Sa’i secara bahasa dapat diartikan sebagai usaha atau berjuang. Sa’i terkait erat dengan peristiwa perjuangan yang dilakukan Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim a.s.dan putra mereka Nabi Ismail.

Dahulu, Nabi Ibrahim ‘alahi salam membawa istrinya Siti Hajar dan putra beliau Ismail ke daerah Makkah, Nabi Ibrahim kemudian menempatkan Hajar dan Ismail ke sebuah tempat di samping pohon besar dan membekali dengan persediaan air dan makanan. Pada saat itu, di tempat tersebut tidaklah terdapat seorang pun dan tidak pula ada air. Nabi Ibrahim kemudian meninggalkan keduanya untuk memenuhi perintah Allah.

Kemudian , persediaan makanan dan minuman habis, seketika itu ismail kecil haus dan merengek minta air, Siti Hajar pun berusaha mencari air untuk dia dan putranya. Dia pergi ke bukit Shafa, mencari-cari adakah orang di sana, namun dia tidak menemukan siapa pun di sana. Hajar pun kemudian pergi ke Marwah dan mencari-cari orang pula di sana. Dia juga tidak mendapati seorang pun. Hajar berulang-ulang pergi dari Shafa ke Marwah, sebaliknya dari Marwah ke Shafa sampai tujuh kali. Kemudian terjadilah keajaiban. air memancar dari antara kedua kaki putranya dengan kehendak Allah yang memerintahkan malaikat Jibril, maka terpancarlah air. Itulah air zam-zam.
– Hikmah dalam proses sa’i ini bahwa perjuangan jika kita ingin mencapai / mendapatkan sesuatu, kita harus melewati proses yang terkadang kita mencobanya berkali-kali bahkan hingga sampai 7 kali (seperti yang dialami Siti Hajar) , tidak mudah menyerah, apabila gagal sekali terus mencoba kembali, kemudian setelah kita memaksimalkan potensi (ikhtiar) selanjutnya kita bertawakal (menyerahkan hasil pada Allah SWT).

Kisah Nabi Ibrahim dapat kita simak pada Surat Al Baqarah ayat 124-132, diantaranya Allah menjadikan Nabi Ibrahim sebagai pemimpin bagi manusia dan Allah memperkenankan doa Nabi Ibrahim , yaitu menjadikan keturunannya sebagai pemimpin bagi manusia (Al Baqarah 124) , banyak diantara Rasul-rasul adalah keturunan Nabi Ibrahim antara lain : Ismail, Ishaq, Ya’kub dan Muhammad.

– Doa Nabi Ibrahim untuk negeri Mekah, (Al Baqarah 126) :

” Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman dan berikanlah rezeki kepada penduduknya buah-buahan yaitu terhadap orang-orang yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. ”

– Wasiat Nabi Ibrahim (Al Baqarah 132)

” Sesungguhnya Allah telah memilih agama islam untuk kamu, maka janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan muslim”.

3. Tahalul

adalah keadaan jamah setelah terlepasnya larangan saat memulai ihram, tahalul ditandai dengan mengguntung sebagian rambut kepala

Al Fath 27 :

Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.

3. Wukuf di Arafah

Tahapan inilah yang membedakan antara haji dan umrah, antara ibadah sunnah (umrah) dan wajib (haji, bagi yang mampu).

Keutamaan wukuf di Arafah tercermin dari sabda Rasulullah :

” Haji itu Arafah ”

Sedemikian pentingnya wukuf di Arafah sehingga bagi mereka yang sakit beratpun harus dibawa ke Arafah untuk mengikuti wukuf.

Wukuf di arafah , harus dilakukan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan yaitu pada waktu 9 dzulhijjah dan di padang arafah.

Karena keutamaan wukuf di Arafah sedemikian besar, maka jamaah harus menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, amalan yang dianjurkan ketika wukuf di arafah : mendengar khutbah wukuf,  memperbanyak berdzikir, berdoa dan membaca Al-Quran.

Al Baqarah 198 :

Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.

Al Baqarah 199 :

Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (‘Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

Pada wukuf di Arafah , kita menapak tilas bahwa pada momen ini dahulu Nabi Muhammad SAW, menerima ayat terakhir yaitu Al Maidah -3 “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah:3)

.

– Setelah wukuf di Arafah, dilanjutkan Mabit di Muzdalifah :

– Shalat magrib dan isya’

– Memungut kerikil 7-10 buah

– Berdzkir dan berdoa

– Kemudian dilanjutkan Mabit di Mina :

– Melontar jumrah aqabah

Melempar jumroh merupakan napak tilas kisah Nabi Ibrahim ketika digoda oleh setan, untuk tidak memenuhi perintah Allah yaitu diperintah menyembelih Ismail (As Shaffat 99-113) , syaitan datang menghalangi jalan, namun beliau berhasil mendahuluinya. Lalu Malaikat Jibril membawanya ke jumrah ‘Aqabah, syaitan kembali menghalangi sehingga beliau melemparnya dengan tujuh buah batu kerikil sampai pergi. Lalu syaitan kembali menghalangi beliau di jumrah Wustha dan Nabi Ibrahim melemparinya lagi dengan tujuh biji batu (sampai ia pergi).

– Menyembelih dam nusuk (Haji Tamattu’)

– Tgl 11-12 dzulhijjah melontar ula – wustha – aqabah, bila kembali ke Makkah berarti ikut Nafar Awal.

– Tgl 13 dzulhijjah melontar ula – wustha – aqabah, bila kembali ke Makkah berarti ikut Nafar Tsani.

Demikian semoga bermanfaat, Namun jika kita belum diberi kesempatan untuk memenuhi panggilan Allah ke Tanah Suci untuk  berhaji, kiranya sebaiknya  kita lebih menghargai panggilan Allah yang berkumandanag setiap hari, yaitu shalat lima waktu .

Referensi :

Bimbingan Praktis dan Doa – doa manasik haji dan umrah (YPJHI Surabaya) , Cahaya dari Madina (Ali Jaber)

Ibadah haji merupakan ibadah yang spesial, ibadah bagi mereka yang sanggup / mampu. Mampu disini bukan berarti kaya dan sehat, karena meskipun kaya, juga ada yang tidak tergerak untuk berangkat haji dan meskipun sehat pula juga belum tentu tergerak untuk berangkat haji. Bahkan tidak sedikit kaum miskin yang telah berusia renta (kesehatan menurun) malah mampu untuk berangkat haji. Wallahu alam

Amalan amalan berikut yang berpahala seperti pahala haji

Amalan ini ada yang ringan bahkan kita bisa melakukannya setiap waktu. Walau ringan, namun pahalanya sangat luar biasa.

1- Shalat lima waktu berjama’ah di masjid

Siapa yang berjalan menuju shalat wajib berjama’ah, maka ia seperti berhaji. Siapa yang berjalan menuju shalat sunnah, maka ia seperti melakukan umrah yang sunnah.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 8: 127. Syaikh Al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Al-Jami’ Ash-Shagir, no. 11502 menyatakan bahwa hadits ini hasan)

2- Melakukan shalat isyraq

Cara melakukannya:

a- Shalat shubuh berjamaah di masjid

b- Berdiam untuk berdzikir dan melakukan kegiatan yang manfaat

c- Ketika matahari setinggi tombak (15 menit setelah matahari terbit) melakukan shalat dua raka’at (disebut shalat isyraq atau shalat Dhuha di awal waktu).

Barangsiapa yang mengerjakan shalat shubuh dengan berjama’ah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat Sunnah Dhuha, maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumroh secara sempurna.” (HR. Thabrani. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 469 mengatakan bahwa hadits ini shahih lighairihi atau shahih dilihat dari jalur lainnya)

3- Menghadiri majelis ilmu di masjid

Siapa yang berangkat ke masjid yang ia inginkan hanyalah untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna hajinya.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 8: 94. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 86 menyatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

4- Berdzikir setelah shalat

“Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berkata, orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka puasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.

5- Umrah di bulan Ramadhan  

Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Bukhari, no. 1782; Muslim, no. 1256).

6- Berbakti pada orang tua (birrul walidain)

Rasul pun berkata padanya, “Bertakwalah pada Allah dengan berbuat baik pada ibumu. Jika engkau berbuat baik padanya, maka statusnya adalah seperti berhaji, berumrah dan berjihad.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath 5/234/4463 dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman 6/179/7835. Ada nukilan dari At-Targhib 3/214 yang menyatakan bahwa sanad hadits ini jayyid –antara hasan dan shahih-.

7- Bertekad untuk berhaji

Karena siapa yang memiliki uzur namun punya tekad kuat dan sudah ada usaha untuk melakukannya, maka dicatat seperti melakukannya. Contoh misalnya, ada yang sudah mendaftarkan diri untuk berhaji, namun ia meninggal dunia sebelum keberangkatan, maka ia akan mendapatkan pahala haji.

Kenapa sampai yang punya uzur terhitung melakukan amalan?

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, dalam suatu peperangan (perang tabuk) kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya di Madinah ada beberapa orang yang tidak ikut melakukan perjalanan perang, juga tidak menyeberangi suatu lembah, namun mereka bersama kalian (dalam pahala). Padahal mereka tidak ikut berperang karena mendapatkan uzur sakit.” (HR. Muslim, no. 1911).

Semoga Allah memudahkan kita mengamalkan amalan di atas

dan semoga kita pun dimudahkan untuk mengamalkan rukun haji

selengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/14300-7-amalan-berpahala-haji.html